Hari ini hati saya sedang buncah. Sebabnya sederhana saja, karena saya menemukan foto-foto lama sewaktu liburan di Bali dua tahun yang lalu.
Saya ingat betul betapa bahagianya saya bisa menjejak Bali lagi. Rasanya seperti kembali pulang, disambut kedamaian yang luar biasa mengendap di hati. Saat itu saya bertekad untuk memunguti setiap kenangan bersama almarhum Papa, yang membawa saya liburan ke Bali sebelum akhirnya berpulang.
Sepetak kenangan itu masih terongok di ingatan dan tak mudah lesap. Saat itu, di tahun 2007, kami sekeluarga menyempatkan mengunjungi Bali lewat perjalanan darat dengan dua mobil. Perjalanan jauh yang melelahkan tentu saja. Apalagi, sebetulnya, kami memang belum memesan satu kamar hotel di Bali. Di Bali, kami harus berpindah-pindah penginapan karena penuh atau tak nyaman.
Sepetak kenangan itu masih terongok di ingatan dan tak mudah lesap. Saat itu, di tahun 2007, kami sekeluarga menyempatkan mengunjungi Bali lewat perjalanan darat dengan dua mobil. Perjalanan jauh yang melelahkan tentu saja. Apalagi, sebetulnya, kami memang belum memesan satu kamar hotel di Bali. Di Bali, kami harus berpindah-pindah penginapan karena penuh atau tak nyaman.
Nah, teringat hal yang tidak mengenakan itu, membuat kami tak mau kehilangan momen penting lain. Kami inginnya yang praktis dan tidak ribet. Mengingat banyak sekali hotel di Bali, dari bintang lima hingga bungalow dan rumah warga yang disewakan, kami akhirnya memilih menginap di Four Season Bali.
Suasana Kamar di Four Season Hotel Bali |
Selain dekat dengan tempat wisata, hotel ini juga kelihatan nyaman dan bersih. Benar saja. Setiba di sana, kami disambut dengan keramahan khas Bali. Kamar yang kami pesan sudah tersedia begitu kami check in. Selain bersih, kamar ini juga nyaman dan ramah anak. Maklum saja, kami membawa bocah berusia dua tahun. Bocah yang sangat aktif. :D
Saat sarapan, kami benar-benar dimanjakan dengan sajian yang lengkap dan rasanya lezat. Setiap hari sarapan yang disajikan dengan gaya buffet ini, berganti menu. Dari mulai makanan tradisional Bali seperti nasi campur Bali, hingga sarapan khas Eropa seperti sosis dan omlete tersaji dengan baik.
Saat sarapan, kami benar-benar dimanjakan dengan sajian yang lengkap dan rasanya lezat. Setiap hari sarapan yang disajikan dengan gaya buffet ini, berganti menu. Dari mulai makanan tradisional Bali seperti nasi campur Bali, hingga sarapan khas Eropa seperti sosis dan omlete tersaji dengan baik.
Deretan Roti Tawar |
Sarapan ala Four Season Hotel Bali |
Saya sangat suka membicarakan tentang perjalanan dan kenangan. Salah satunya bisa kamu baca di Menjeda di IndramayuSetelah dimanjakan dengan menu sarapan yang lengkap, kami bergegas mengunjungi beberapa daerah wisata yang sudah ada dalam itinerary kami. Pagi itu kami ingin mengunjungi Monkey Forest di Ubud.
Puas dengan keasrian Monkey Forest, kami segera turun untuk makan siang. Pilihan kami hari ini adalah Bebek Tepi Sawah yang masih berada di kawasan Ubud. Di sana, sambil menikmati olahan bebek goreng yang khas, mata kami dimanjakan oleh tari Pendet.
Tak hanya kedua tempat tersebut, kami juga mengunjungi Pantai Benoa dan Taman Garuda Wisnu Kencana.
Perjalanan ke Bali dua tahun yang lalu itu memang masih membekas di hati. Saya sudah tak sabar menunggu kesempatan berikutnya ke sana. Mencoba kuliner tradisional Bali dan keindahan Ubud yang masih saya rindukan. Mungkin, kami juga akan mencoba pilihan hotel di Bali lainnya. Ada rekomendasi?
Ngomong-ngomong soal kuliner tradisional, salah satu makanan favorit saya adalah nasi pecel. Kamu bisa membaca tentang kenangan saya di Seutas Masa Kecil di Sepincuk Nasi Pecel.
Seneng baca cerita kenangan perjalanannya, Teh. Aku belum pernah ke Bali. Aslinya, pengen ke sana... :D.
BalasHapusPertama kali ke bali tahun 2005. Yg kedua tahun 2013, smg ada kesempatan lagi bisa mengunjungi bali.
BalasHapusperjalanan penuh kenangan kayanya sama yang tercinta ke bali. semoga bisa ke bali lagi mba tanpa mengurangi rasa yang berbeda dengan ataupun tanpa almarhuma
BalasHapus