Life's too short to say no to cake.
Hidup terlalu singkat untuk menolak (sepotong) bolu. Hmm'mm, saya percaya itu. Apalagi pada sepotong cake marmer jadul yang belakangan ini saya gemari. Saya memang bukan penggemar cake atau bolu, apalagi yang dibubuhi krim mentega atau krim apa saja yang manisnya gila-gilaan. Pun dengan Tuan Beruang dan Kakak Beruang. Bolu yang digemari di rumah tentu saja bolu pisang dengan taburan keju parut di atasnya.
Tapi ada yang berbeda dengan cake marmer jadul yang teksturnya tidak sehalus sponge cake. Pada aroma dan mentega yang menguar ketika baru dikeluarkan dari loyang, atau pada pola marmer yang tricky alias butuh trik untuk mendapatkan pola marmer yang acak.
Saya ingat betul bahwa bolu ini sering disajikan sebagai pengantar acara-acara keluarga, pengajian atau syukuran misalnya. Berbalut tisu merah (atau hijau dan kuning), bolu ini rutin disajikan. Mungkin karena kemudahan membuatnya -meski buat saya butuh tenaga ekstra, hahaha-. Pernah saya menemukan resep bolu yang sama dengan takaran gelas belimbing. Iya, marmer cake jadul ini memang bolu jadul yang tak lekang oleh waktu dan selalu dirindukan.
Maka, pada suatu hari yang dingin saya nekat membuatnya. Pernah suatu kali saya membuatnya dan gagal. Hahaha. Tidak sepenuhnya gagal karena kakak-kakak dan mama saya menyukainya tapi buat saya teksturnya terlalu kering. Saya kurang suka. Kali ini saya membuatnya lagi dan tidak mau kembali gagal.
Menggunakan resep yang sama dari pak Sahak Pribadi -yang sudah dimasak ulang oleh beberapa blogger makanan kenamaan-, kali ini saya cenderung sangat hati-hati. Ingatan tentang mbak Husfani Agri yang membagikan tips sewaktu bolu ini sedang ramai diperbincangkan di Facebook muncul. Menurut mbak Agie, penggunaan cokelat blok yang dicairkan berpengaruh pada saat memanggang dan yang menyebabkan bolu saya -percobaan kedua- bantat hanya pada bagian adonan cokelatnya saja. Jadi kali ini saya menggunakan cokelat bubuk, karena hanya itu yang tersedia.
Daaan alhamdulillah BERHASIL. Setidaknya kali ini saya berhasil mematahkan kutukan bolu, hahaha. Cake marmer saya mengembang sempurna lengkap dengan retakan seksi yang justru memunculkan kesan rustic -tsaaah-. Bukan, retakan ini bukan syarat utama untuk marmer cake. Kebanyakan koki rumahan malah menghindarinya, tapi saya malah menyukainya. Mungkin karena loyang loaf yang saya pakai terlalu kecil sehingga adonan hampir meluber dan ketika dikeluarkan dari loyang malah pecah. Kurang sempurna, tapi SAYA SUKA BANGET! :D
MARMER CAKE JADUL
Bahan:
- 5 butir telur utuh
- 125 gram gula pasir (saya kurangi 25 gram)
- 1 sdt emulsifier (TMB atau Ovalet)
- 1 sdt vanilla bubuk (saya hanya pakai 1/4 sdt vanilla bubuk)
- 150 gram tepung terigu serbaguna
- 15 gram maizena
- 15 gram susu bubuk
- 100 gram butter (atau margarin), lelehkan
- 50 gram minyak sayur
- 1 sdt cokelat bubuk (atau 2 sdt pasta cokelat)
Cara Membuat:
- Panaskan oven 180'C. Siapkan loyang tulban 20 cm (saya memakai loyang loaf), oles margarin dan taburi tepung. Sisihkan.
- Campur dan ayak tepung terigu, maizena dan susu bubuk.
- Dalam wadah bersih dan kering, kocok telur, gula pasir, emulsifier, vanilla dan campuran tepung hingga mengembang dan kental (all in one method).
- Campurkan margarin / butter leleh dengan minyak sayur, kemudian tuang sedikit demi sedikit ke dalam adonan. Aduk balik hingga tercampur rata dan homogen.
- Ambil 2 sendok sayur adonan, beri pasta coklat. Aduk rata.
- Tuang adonan putih ke dalam loyang, kemudian tuang adonan coklat di atasnya.
- Buat motif marmer dengan bantuan, garpu atau tusuk sate.
- Oven hingga matang selama kurang lebih 30-45 menit (tergantung masing-masing oven). Lakukan tes tusuk dan tes sentuh.
- Angkat dan segera keluarkan dari loyang agar cake tidak menciut.
- Nikmati selagi hangat dengan kopi atau teh.
Naah pas... Aku lagi nyari resep bolu ini, makasih Mbak..
BalasHapus