Bahan Rahasia? Hanya CINTA dan rasa SYUKUR.
Haloo, apa kabar semua?
Cuaca Cimahi sedang tak karuan, nih. Kalau siang menuju sore, matahari terik sekali tapi angin berembus kencang. Malam hingga dini hari atau sampai pagi, cuaca lumayan sejuk meski angin masih menimbulkan rasa dingin di tubuh. Mesti pintar-pintar jaga kesehatan dan makan makanan yang bisa meningkatkan imunitas kita. ;)
Omong-omong, kali ini saya mau ngobrolin isu yang sering sekali ditemui oleh para bakul kue, food blogger, food writer atau bahkan ibu-ibu pengguna media sosial yang sekadar ingin berbagi foto masakannya di Facebook atau Instagram.
Bukaaan, ini bukan isu panas tentang politik atau gosip artis yang sedang hot. :D Mari menjauhkan diri dari yang demikian, hahaha. Ini soal RECIPE HUNTER alias PENODONG RESEP. Terdengar akrabkah? Atau jangan-jangan kita malah pernah jadi salah satu dari mereka? Lol.
Seperti kita tahu, media sosial kini sudah mewabah. Ada yang menggunakannya sesuai porsi dan ada yang berlebihan. Ada yang menggunakannya untuk kebaikan, ada pula yang...ya gitu deh (enggak perlu dibahas di sini ya, Mak :D). Sebagai food blogger, food writer, tukang masak dan tukang makan; media sosial banyak membantu saya untuk promosi buku baru, mencari teman, mencari resep, ikut komunitas yang sesuai dengan passion saya, mencari uang (ehem) dan tentu saja berbagi resep.
Soal resep nih, Mak, ada juga yang memanfaatkan media sosial tanpa 'etika' alias sopan santun. Main hajar minta resep, hahaha. Wajaaar, ini normal kok, Mak. Tapii, saya punya cerita soal berbagi dan meminta resep ini.
Jadi gini, suatu hari saya sedang membaca status seorang teman yang sedang promo jualana (makanan) di Facebook. Teman saya yang lain, tiba-tiba berkomentar di status tersebut. Alih-alih membeli, teman saya ini malah minta resep dan diajari cara membuatnya. Duh!
Saya mencelus dan diam-diam mendoakan teman bakul kue ini agar dagangannya laris dan berkah (apa lagi yang bisa saya lakukan selain cukup tahu dan mendoakan?). Entah deh apa jawaban teman bakul kue tersebut, mungkin agak kesal atau malah berlapang dada menghadapi yang demikian.
Sopan Meminta Resep
Kita pasti pernah mendamba bisa memasak satu atau beberapa masakan tertentu. Masakan yang buat kita terasa sulit atau bahkan kita sudah pernah mencoba dan gagal. Sedih ya? Pasti. Lalu tiba-tiba ada teman yang memposting foto makanan tersebut, tanpa resep. Pasti gatal dong ya, bertanya resep dan tipsnya apa kok bisa berhasil gitu? Hold your finger, Mamak! :D
Somehow, memasak tak semudah menghitung 1 sampai 10 atau membaca A - Z. Ada banyak petualangan seru di dalamnya, ada jatuh bangun (tsaaah :D) dan entah berapa kali gagal hingga akhirnya seseorang bisa menguasai resep tersebut. Yang begini biasanya terjadi pada bakul kue yang bekerja dengan passion dan tak kenal lelah. Salut!
Somehow, memasak tak semudah menghitung 1 sampai 10 atau membaca A - Z. Ada banyak petualangan seru di dalamnya, ada jatuh bangun (tsaaah :D) dan entah berapa kali gagal hingga akhirnya seseorang bisa menguasai resep tersebut. Yang begini biasanya terjadi pada bakul kue yang bekerja dengan passion dan tak kenal lelah. Salut!
Tidak semua orang rela membagi kerja kerasnya di media sosial. Ya wajar dong, lihat deh berapa banyak waktu yang dia gunakan untuk bereksperimen di dapur, berapa banyak biaya yang dia keluarkan sampai akhirnya menemukan formula yang pas. Normal pakai banget! Ini bukannya pelit atau enggak mau berbagi ya, Mak, hanya... well, everyone has a secret ingredients kan ya ;)
Nah, saya punya beberapa catatan yang bisa jadi rambu kesopanan saat kita meminta resep supaya tidak menyinggung si empunya resep. Ini jadi catatan buat saya juga, kok. ;)
1. Pandai Membaca Situasi
Kalau TS sudah menuliskan NO RESEP atau TANPA RESEP, ya sudahlah, Mak. Terima saja, pasrah. Hahaha. No, no, no. Jangan menyerah begitu. Balik lagi ke langkah di atas, cari sendiri di aplikasi yang saya sebutkan di bawah.
Atau gunakan jalur pribadi lewat messenger, WA, Line, Telegram atau apa pun itu untuk menanyakan resep. Gunakan bahasa yang sopan dan jangan memaksa. Kalau tidak dibalas, mungkin TS sedang sibuk atau lelah. Intinya, legowo :D
Mulai mandiri cari resep sendiri yuk. Atau jadi pengamat dan terlibat aktif dalam diskusi di grup memasak. Saya sering dapat tips dan trik dengan menjadi pengamat komentar, hahaha. Biasanya nih kalau bakul kue atau yang sudah ahli pada ngumpul, mereka sama sekali ENGGAK PELIT BAGI ILMU loh, Mak. Misalnya soal berapa lama pemanggangan cake, atau tips agar kue tidak bantat. Bahkan dari jadi 'pengamat', saya bisa tahu bagaimana menciptakan lapisan nastar yang berkilau. Meski pada akhirnya gagal juga. -___-
2. Hindari Meminta Resep Makanan Untuk Dijual
Seperti yang sudah saya tulis di atas, para bakul kue ini kebanyakan menemukan sendiri formula yang pas dari resep yang sudah beredar. So yes, it's takes a lot of hard work, passion, love and money for sure.
Jadi mari menghargai kerja keras mereka dengan tidak menanyakan resep atau pun minta diajari cara membuatya (kecuali kalau mereka mengadakan kelas masak).
3. Hindari Menggunakan Alasan "Pahala"
"Bagi saja resepnya, hitung-hitung nambah pahala."
"Kalau resepnya digunakan untuk jualan kan jadi bantu sesama, tuh, dapat pahala loh."
Mak, STOP IT! Pleasee... -___-
Urusan pahala itu hak prerogatif Tuhan, jangan diutak atik, jangan berlagak jadi Tuhan (maaf yeee). Kalau orangnya keberatan berbagi resep, ya sudahlah. Tidak perlu manyun, ngambek atau pakai alasan "pahala" ini.
4. Mandiri dan Jadi Pengamat
Sering kali orang malas membaca dan mencari tahu. Padahal "dunia" sudah ada di genggaman. Gawai paling canggih pun punya, jadi seharusnya ya makin gampang kok mencari resep atau tips. Kalau memang tidak punya aplikasi, gunakan mesin pencari.
Mulai mandiri cari resep sendiri yuk. Atau jadi pengamat dan terlibat aktif dalam diskusi di grup memasak. Saya sering dapat tips dan trik dengan menjadi pengamat komentar, hahaha. Biasanya nih kalau bakul kue atau yang sudah ahli pada ngumpul, mereka sama sekali ENGGAK PELIT BAGI ILMU loh, Mak. Misalnya soal berapa lama pemanggangan cake, atau tips agar kue tidak bantat. Bahkan dari jadi 'pengamat', saya bisa tahu bagaimana menciptakan lapisan nastar yang berkilau. Meski pada akhirnya gagal juga. -___-
5. Temukan Banyak Resep Lewat Beragam Aplikasi Gratis
Maaak, ini zaman modern yes? Banyak aplikasi yang bisa diunduh lewat Google Play atau App Store yang bisa membantu kita mencari resep. Ada Cookpad yang memuat (mungkin) ribuan resep dalam satu aplikasi, lengkap dengan sedikit cerita tentang makanan tersebut.
Mau masak makanan Western, Karibia, Middle East? Unduh dan kilik Pinterest dong, Mak. Di Pinterest semua makanan dari belahan dunia mana pun (kecuali "dunia lain" yak, lol) ada, loh. Saya sering tersesat di Pinterest demi mencari resep yang keto friendly untuk suami.
Yang paling banyak tentu saja Facebook dan Instagram. Di Facebook sendiri banyak grup umum yang berhubungan dengan kuliner, lengkap dengan tata tertibnya masing-masing (kudu dipatuhi ya, Mak ;)). Banyak pula Mamak-mamak seperti kita yang baik hati membagi resepnya untuk kita.
Belum lagi blog makanan yang mulai menjamur. Food blogger sekarang bukan sekadar me-review tempat makan, tapi juga mengulik resep dan membaginya di blog mereka. Berkah kan ini buat kita?
6. Jangan Takut Mencoba dan Gagal
Iyaaa, saya tahu ini memang kalimat klise banget. Tapi ya memang benar adanya kok. Duluuu, kalau sudah gagal di satu resep tertentu, saya emoh bikin lagi. Selain karena kecewa dengan hasilnya, takut gagal juga ngeri sama biaya yang sudah dikeluarkan. Hahaha.
Tapi belakangan ini (sekitar tiga tahunan ini deh), saya semakin tertantang mencoba lagi dan lagi ketika saya gagal di satu resep. Tipsnya ya itu tadi, rajin browsing, rajin membaca, rajin mencatat, dan coba lagi sampai berhasil.
Soal biaya untuk membeli bahan-bahan kue yang biasanya mahal itu, ya saya sisihkan sih dari uang belanja atau pemasukan sebagai penulis dan blogger. :)
Kegagalan adalah sukses yang tertunda. Ala biasa karena biasa.
Iyaaa, saya tahu ini memang kalimat klise banget. Tapi ya memang benar adanya kok. Duluuu, kalau sudah gagal di satu resep tertentu, saya emoh bikin lagi. Selain karena kecewa dengan hasilnya, takut gagal juga ngeri sama biaya yang sudah dikeluarkan. Hahaha.
Tapi belakangan ini (sekitar tiga tahunan ini deh), saya semakin tertantang mencoba lagi dan lagi ketika saya gagal di satu resep. Tipsnya ya itu tadi, rajin browsing, rajin membaca, rajin mencatat, dan coba lagi sampai berhasil.
Soal biaya untuk membeli bahan-bahan kue yang biasanya mahal itu, ya saya sisihkan sih dari uang belanja atau pemasukan sebagai penulis dan blogger. :)
7. Jalan Terakhir: Ikut Kelas Memasak
Nah ini adalah jalan terakhir (meski masih ada seribu jalan lagi menuju Roma, halah), ikut kelas masak. Dengan maraknya penggunaan media sosial belakangan ini, para bakers yang sudah ahli itu bikin kelas online loh, Mak. Ini menghemat biaya banget meski butuh konsentrasi dua kali lipat karena harus mantengin layar gawai. Lol.
Ada juga kelas masak yang biayanya terjangkau, meski bukan hands on. Maksudnya Mamak-mamak enggak langsung praktek sendiri gitu tapi lumayan demi memuaskan rasa haus akan resep anti gagal. :D
So, Mak...meski di media sosial sekalipun, etika mesti dijalankan. Intinya sih, sebelum menuliskan "resepnya dong," bertanyalah ke diri sendiri. Apakah ketika ditanya seperti itu kita akan legowo atau malah bikin mencelus. Apakah ketika sudah diberikan resepnya, kita akan benar-benar mencobanya atau sekadar mengumpulkan resep. Hmm...
Yang pasti, blog ini dengan senang hati menerima kedatangan Mamak sekalian yang mau menyontek resep atau sekadar berbagi ilmu. Kalau ada keluangan waktu, insya Allah permintaan resep akan saya jawab via DM.
Selamat berburu resep ya, Mak. Jangan lupa dipratekkan, jangan hanya disimpan saja. Eh... :D
Omong-omong, tulisan ini adalah bagian dari COLABORATIVE BLOGGING bersama Kumpulan Emak Blogger. Tema minggu ini di kelompok SITI NURBAYA adalah Manfaat Social Media yang dimuat di website KEB dengan judul:
Dan inilah geng kami, SITI NURBAYA . Iya, saya tahu, teman blogger saya di kelompok in kece badai semua :D
Mba Dy, asyik banget. Pinterest ku jarang nyari resep di sana. Mbaa, kok aku nyerah ya pas gagal bikin pastel 😆 tapi tulisan ini memberi semangat buat akuu huhu
BalasHapusTernyata ada yaa yg gemesin...minta resep gitu
Aku sih belum pernah kepikiran minta resep kayak yang mak dy bilang. Haha. Mungkin karena passionku bukan di masak-memasak kali ya. Tapi kalau lagi butuh biasanya aku dm salah satu teman yang jago masak, minta resep sama dia. Dan yang dimintai resep dengan senang hati memberi resep beserta tipsnya.
BalasHapusBaru nyadar bahwa nggak sopan meminta 'rahasia' seperti itu. Thanks diingatkan Dy. Kadang orang memang jarang bisa menghargai usaha orang lain.
BalasHapusSebenernya tips dan ilmu itu banyak beredar di dunia maya. Tapi nggak semua orang bisa loh menerapkan ilmu tersebut.
Bahkan walau sudah dijelasin sejelas jelasnya. Kalau emang belum waktunya buat paham, ya nggak akan masuk juga ke otak ilmunya.
dih jahat amat temen jualan makanan malah nanya resep makanannya. dih kesel! bagi pahala pula alasannya. diiihhhhhhhhh jahaaaat orang kayak gituuuu!
BalasHapusTemenku begitu, akhirnya dia ngambek sampe sekarang hiks gimana donks 🥲
HapusPoin no 2! Sebagai food seller, aku nggak pernah dikontak orang untuk minta resep. Tapi temen lain, ada yang mengalami kejadian nggak mengenakkan. Setelah nolak peminta resep, malah dimaki-maki sombong lah, pelit lah, dll. Duh!
BalasHapusSaya juga di tanyain resep. Udh saya bls maf resepnya rahasia. Tpu masih ngotot gt orgnya mintanya. harus bagaimanakh???🙏
HapusSaya juga di tanyain resep. Udh saya bls maf resepnya rahasia. Tpu masih ngotot gt orgnya mintanya. harus bagaimanakh???🙏
HapusDan keadaan ku sekanrg ini dimintai resep jualan ku. Yg aku jungkir balik untuk bisanya. Dan orgnya ngotot bgt. Harus bagaimna kah aku ? 😀
BalasHapusBagaimna saya menjawab nya ya min. Padahl udh saya jawab. Maf resep nya rahasia .tapu masih ngotot minta min. Bingung jawabnya saya min. Mohon bantuannya 🙏😁
BalasHapus