Cigarettes are a classy way to commit suiside. - Kurt Vonnegut
Sejujurnya, saya tidak kenal siapa itu Kurt Vonnegut, tapi saya setuju dengan ucapannya. Bahwa rokok (merokok dalam bentuk kata kerja) adalah cara bunuh diri paling berkelas. Orang yang mengepulkan asap rokoknya mungkin terlihat sangat berkelas, tapi sebetulnya ia sedang membunuh diirnya sendiri.
(Harga) Rokok Harus Mahal
Awalnya dahi saya berkerut membaca tema di atas, ketika sedang membaca laman Kantor Berita Radio di Facebook. Pikiran saja sih ringkas saja, bahwa harga rokok perlu dinaikkan, sehingga banyak masyarakat yang merasa keberatan lantas perlahan mulai meninggalkan rokok itu sendiri.
Benarkah?
Rabu, 16 Mei 2018 yang lalu, akhirnya saya mendengarkan siaran langsung tentang topik ini. Disiarkan di Radio Power 89.2 FM dan sekitar 100 radio yang berada di jaringan KBR, tema ini ternyata menarik untuk disimak.
Pembicara saat itu adalah Ibu Krisna Puji Rahmayanti selaku Dosen UI dan wakil dari Komnas OT, juga koordinator divisi pelayanan majeslin kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah; Tresia Mahaputri Nusantari Maghfirah, MARS, MPM.
Dengan sekitar 700 kandungan tidak baik yang terdapat pada sebatang rokok, kenyataan ini ternyata sengaja diabaikan oleh ribuan perokok di luar sana. Mirisnya, rokok kini mulai merambah kalangan anak-anak. Ingat balita yang sudah kecanduan rokok? Miris ya?
Di keluarga kalangan menengah ke bawah, rokok bahkan menempati urutan kedua setelah kebutuhan pokok yang harus dibeli. meski di tengah himpitan kenaikan beban hidup sekali pun. Ini ditengarai karena harga rokok yang (masih) terjangkau. Salah satu yang mempengaruhi harga rokok yang terbilang rendah ini adalah cukai. Meski setiap tahun cukai di Indonesia naik, tapi rupanya tidak signifikan. Tidak signifikannya kenaikan cukai ini menyebabkan harga rokok masih dalam rentang daya beli masyarakat.
Tahun ini, gerakan dari 1000 perempuan yang diinisiasi oleh 50 tokoh perempuan dan organisasi lainnya mulai digerakkan. Mereka menuntut pemerintah untuk mulai menaikkan harga rokok dengan harapan tak ada lagi yang mampu membelinya, Gerakan ini mendukungng agar kenaikan cukai harus dilakukan setiap tahun dan naik secara signifikan. Jika ingin bergabung dan mendukung gerakan ini, kamu bisa bergabung di Change.org/rokokharusmahal.
Peran Perempuan dalam Gerakan Rokok Harus Mahal
Seperti yang kalian tahu, bahwa selama ini semua akun media sosial saya selalu bertema kuliner, literasi dan food photography. Lalu kenapa saya harus repot-repot menulis dan mengambil bagian dalam gerakan Rokok Harus Mahal?
Jawabnya sih sederhana saja, saya benci ketika suami merokok! Saya benci kenyataan bahwa saya dan anak-anak sebagai perokok pasif terpapar zat yang sama-sama membahayakan dirinya. Asap-asap yang mengepul dari sekian batang rokok yang telah dihisap, yang kemudian menempel di baju atau diembuskan angin ke organ pernapasan kami, rasanya tak sebanding dengan harga rokok yang sudah dibeli.
Beruntung suami memang sudah berhenti merokok. Dengan gamblang saya katakan bahwa merokok adalah perbuatan sia-sia, bahkan merugikan diri sendiri dan orang lain. Bahkan Islam sendiri melarang tindakan atau sikap yang bisa membunuh diri sendiri Perlahan, suami mulai berubah Tapi bagaimana dengan ribuan perokok aktif dan pasif di luar sana?
Sebagai perempuan, andil kita cukup besar loh. Tak dipungkiri perempuan adalah pengendali perkonomian di dalam rumah tangga. Kita bisa mulai meminta anggota keluarga yang merokok untuk mengurangi kebiasaan buruknya itu.Tanpa disadari, uang yang dikeluarkan untuk membeli rokok, bisa ditabung atau digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih mendesak.
Di banyak keluarga yang berada di ekonomi kelas menengah ke atas, hal ini sudah sangat memperhatikan. Perokok aktif yang sebagian besar adalah kepala keluarga, lebih memilih membeli rokok di tengah himpitan ekonomi daripada mengalokasikan uang tersebut untuk membeli sembako misalnya.
Yuk, mari berperan aktif dalam kampanye ini. Pelan dan pasti ingatkan perokok aktif untuk mulai mengurangi kebiasaan buruk yang sia-sia ini.
Lomba Menulis di Blog
(Harga) Rokok Harus Mahal
Awalnya dahi saya berkerut membaca tema di atas, ketika sedang membaca laman Kantor Berita Radio di Facebook. Pikiran saja sih ringkas saja, bahwa harga rokok perlu dinaikkan, sehingga banyak masyarakat yang merasa keberatan lantas perlahan mulai meninggalkan rokok itu sendiri.
Benarkah?
Rabu, 16 Mei 2018 yang lalu, akhirnya saya mendengarkan siaran langsung tentang topik ini. Disiarkan di Radio Power 89.2 FM dan sekitar 100 radio yang berada di jaringan KBR, tema ini ternyata menarik untuk disimak.
Pembicara saat itu adalah Ibu Krisna Puji Rahmayanti selaku Dosen UI dan wakil dari Komnas OT, juga koordinator divisi pelayanan majeslin kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah; Tresia Mahaputri Nusantari Maghfirah, MARS, MPM.
Dengan sekitar 700 kandungan tidak baik yang terdapat pada sebatang rokok, kenyataan ini ternyata sengaja diabaikan oleh ribuan perokok di luar sana. Mirisnya, rokok kini mulai merambah kalangan anak-anak. Ingat balita yang sudah kecanduan rokok? Miris ya?
Di keluarga kalangan menengah ke bawah, rokok bahkan menempati urutan kedua setelah kebutuhan pokok yang harus dibeli. meski di tengah himpitan kenaikan beban hidup sekali pun. Ini ditengarai karena harga rokok yang (masih) terjangkau. Salah satu yang mempengaruhi harga rokok yang terbilang rendah ini adalah cukai. Meski setiap tahun cukai di Indonesia naik, tapi rupanya tidak signifikan. Tidak signifikannya kenaikan cukai ini menyebabkan harga rokok masih dalam rentang daya beli masyarakat.
Tahun ini, gerakan dari 1000 perempuan yang diinisiasi oleh 50 tokoh perempuan dan organisasi lainnya mulai digerakkan. Mereka menuntut pemerintah untuk mulai menaikkan harga rokok dengan harapan tak ada lagi yang mampu membelinya, Gerakan ini mendukungng agar kenaikan cukai harus dilakukan setiap tahun dan naik secara signifikan. Jika ingin bergabung dan mendukung gerakan ini, kamu bisa bergabung di Change.org/rokokharusmahal.
Peran Perempuan dalam Gerakan Rokok Harus Mahal
Seperti yang kalian tahu, bahwa selama ini semua akun media sosial saya selalu bertema kuliner, literasi dan food photography. Lalu kenapa saya harus repot-repot menulis dan mengambil bagian dalam gerakan Rokok Harus Mahal?
Jawabnya sih sederhana saja, saya benci ketika suami merokok! Saya benci kenyataan bahwa saya dan anak-anak sebagai perokok pasif terpapar zat yang sama-sama membahayakan dirinya. Asap-asap yang mengepul dari sekian batang rokok yang telah dihisap, yang kemudian menempel di baju atau diembuskan angin ke organ pernapasan kami, rasanya tak sebanding dengan harga rokok yang sudah dibeli.
Beruntung suami memang sudah berhenti merokok. Dengan gamblang saya katakan bahwa merokok adalah perbuatan sia-sia, bahkan merugikan diri sendiri dan orang lain. Bahkan Islam sendiri melarang tindakan atau sikap yang bisa membunuh diri sendiri Perlahan, suami mulai berubah Tapi bagaimana dengan ribuan perokok aktif dan pasif di luar sana?
Sebagai perempuan, andil kita cukup besar loh. Tak dipungkiri perempuan adalah pengendali perkonomian di dalam rumah tangga. Kita bisa mulai meminta anggota keluarga yang merokok untuk mengurangi kebiasaan buruknya itu.Tanpa disadari, uang yang dikeluarkan untuk membeli rokok, bisa ditabung atau digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih mendesak.
Di banyak keluarga yang berada di ekonomi kelas menengah ke atas, hal ini sudah sangat memperhatikan. Perokok aktif yang sebagian besar adalah kepala keluarga, lebih memilih membeli rokok di tengah himpitan ekonomi daripada mengalokasikan uang tersebut untuk membeli sembako misalnya.
Yuk, mari berperan aktif dalam kampanye ini. Pelan dan pasti ingatkan perokok aktif untuk mulai mengurangi kebiasaan buruk yang sia-sia ini.
Lomba Menulis di Blog
Kantor Berita Radio menyelenggarakan lomba blog terkait dengan kampanye #RokokHarusMahal. Bagi yang tak sempat mendengar bisa mentonton rekaman FB LIVE di akun Facebook KRB.
Ketentuan lomba:
- Follow akun social media KBR: Facebook Kantor Berita Radio-KBR ; Twitter @haloKBR dan @beritaKBR serta Instagram (at)kbr.id
- Tulisan sesuai tema pembahasan dalam talkshow.
- Upload tulisan di blog pribadi dengan memuat frase : program radio Ruang Publik KBR *#rokokharusmahal #rokok50ribu link back ke website KBR.ID
- Kirim link blog ke email ruangpublikkbr@gmail.com dengan subject LOMBA BLOG, sertakan juga biodata Anda (Nama, Domisili, Akun Medsos;twitter, FB, IG dan Nomor HP )
- Share tulisan di blog ke media sosial Anda dengan mention salah satu akun media sosial KBR dan mencantumkan #rokokharusmahal #rokok50ribu
- Blogger diperbolehkan mengirimkan tulisan untuk semua episode talkshow (Ada 8 episode yang akan kami hadirkan hingga Agustus)
- Pemenang akan dipilih oleh juri dari KBR
- Tiga tulisan terbaik dari tiap episode akan dilombakan lagi di akhir program untuk dipilih oleh dewan juri menjadi juara 1,2, dan 3. Total hadiah Rp17,000,000. Keputusan juri bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat.
- Pendaftaran Paling lambat ditunggu 7 hari setelah talkshow
Berikut adalah jadwal dari program ini:
- Edisi 1--11 Mei 2018 (DL 18 Mei 2018)
- Edisi 2--16 Mei 2018 (DL 23 Mei 2018)
- Edisi 3--30 Mei 2018 (DL 6 Juni 2018)
- Edisi 4, 5,6,7,8 (menyusul)
Aku dulu benci banget kalo bapakku ngerokok. Rokoknya bau kemenyan deui.
BalasHapusBeruntung suami enggak merokok.
setuju mudah2an harga rokok dinaikkan yah,dulu asa pernah ada desas desusnya juga harga rokok naik tapi kayaknya ga terjadi yah
BalasHapusTeteeh...
BalasHapusSaya bolak-balik mau menuliskan tentang kisah saya dan anggota keluarga yang perokok aktif juga...tapi lalu saya urungkan.
Saya tak sampai hati menuliskannya.
Biarlah itu menjadi kenangan, asalkan saat ini mereka sudah berubah.