Hanya ada tiga hal yang dibutuhkan wanita dalam kehidupan: makanan, air, dan pujian. - Chris Rock
Nyahahaha. Betul atau benar kutipan di atas?
Dalam kasus saya sih, saya masih butuh uang (😅) agar bisa membeli makanan dan air. Dan kosmetik, peralatan masak, bahan makanan, buku, kamera dan props! Matrenya keterlaluan. Lol.
Omong-omong soal kesukaan wanita (terutama makanan), hari ini adalah hari kedua dari BPN 30 Day Blog Challenge dengan tema blog yang disukai. Jadi ya mohon tabahkan hatimu karena ini tulisan curhatan mengandung impian. Tsaah.
Seperti yang sudah saya tuliskan di Alasan Menulis Blog yang Menyerangku Belakangan Ini bahwa saya ingin menuliskan pengalaman saya ketika mencoba suatu resep di blog, maka tema yang saya sukai tentu saja: KULINER!
Sudah begini saja obrolan kita kali ini.
Done.
Selesai.
Yuk, makan, yuk.
Heiiii... 😅😅
Blog Dengan Niche Kuliner
Blog ber-niche kuliner tuh banyak banget. Kebangetan banyaknya malah. Banyak pula Instagramer yang akhirnya merambah ke dunia blog, entah memang butuh menulis agar tulisannya bisa dikenang atau ada beberapa job yang mengharuskannya menulis di blog. Nggak masalah.
Kebanyakan blog kuliner ini membahas tentang ulasan restoran, kafe atau warung makan. Sebagian besar lagi adalah blog kuliner yang isinya melulu soal resep. Blog saya ini antara ada dan tiada di antara kedua genre tersebut, nyahahaha.
Awalnya saya memang mencoba mengulas beberapa kafe atau restoran. Baik secara organik (kemauan sendiri alias bayar sendiri) atau atas undangan restoran yang bersangkutan. Biasalah ya, ingin mengikuti blogger-blogger yang duluan melakukan ini. Kok tampaknya keren gitu. Lagi pula saya kan ingin dekat ke pelaku bisnis kuliner jadi kayaknya ini momen yang pas.
Tapi rupanya saya nggak terlalu menikmati hal ini 😟😩.
Bahkan ketika saya mengunjungi tempat itu bersama keluarga atau teman, dan membayar sendiri sekalipun lalu menulisnya di blog, saya tetap kurang bisa menikmati. Mon maap, kakak-kakak 🙇🙇.
Itu sebabnya, pembaca akan menemukan sedikit sekali ulasan tentang resto di blog saya. Hehehe. Padahal mengulas makanan bisa jadi meningkatkan jumlah traffic dan mendatangkan keuntungan di kemudian hari.
Tapi hati saya tetap tidak nyaman. Akhirnya kegiatan ini saya batasi. Bukan menolak rezeki tapi ada beberapa an yang saya tuh nggak bisa masuk ke sana. Dan nggak bisa saya jelaskan di sini karenamungkin akan menyakiti teman-teman sesama blogger.
Tapi dari pengalaman mengunjungi dan mengulas resto ini, saya jadi punya banyak ilmu dan pemahaman-pemahaman baru. Misalnya, bahwa tidak semua pelaku bisnis kuliner punya passion di bidang kuliner. Ada yang menggarap usahanya dengan serius, ada yang 'asal urus' yang penting buka usaha dulu, soal kepuasan dan pelayanan terhadap pelanggan nomor sekian. Hahaha.
Ada resto yang akhirnya benar-benar jadi favorit saya dan keluarga. Ada pula resto yang 'baiklah-aku-tidak-akan-datang-ke sini-lagi', lol.
Dari sini saya jadi punya standar bagaimana menjalankan bisnis kuliner yang sedang saya rintis.
Blog Kuliner Impian Saya
Saya ingin bisa menyajikan konten blog yang bisa mendatangkan kepuasan dan kebahagiaan ketika pembaca berkunjung ke blog saya.
Blog Dengan Niche Kuliner
Blog ber-niche kuliner tuh banyak banget. Kebangetan banyaknya malah. Banyak pula Instagramer yang akhirnya merambah ke dunia blog, entah memang butuh menulis agar tulisannya bisa dikenang atau ada beberapa job yang mengharuskannya menulis di blog. Nggak masalah.
Kebanyakan blog kuliner ini membahas tentang ulasan restoran, kafe atau warung makan. Sebagian besar lagi adalah blog kuliner yang isinya melulu soal resep. Blog saya ini antara ada dan tiada di antara kedua genre tersebut, nyahahaha.
Awalnya saya memang mencoba mengulas beberapa kafe atau restoran. Baik secara organik (kemauan sendiri alias bayar sendiri) atau atas undangan restoran yang bersangkutan. Biasalah ya, ingin mengikuti blogger-blogger yang duluan melakukan ini. Kok tampaknya keren gitu. Lagi pula saya kan ingin dekat ke pelaku bisnis kuliner jadi kayaknya ini momen yang pas.
Tapi rupanya saya nggak terlalu menikmati hal ini 😟😩.
Bahkan ketika saya mengunjungi tempat itu bersama keluarga atau teman, dan membayar sendiri sekalipun lalu menulisnya di blog, saya tetap kurang bisa menikmati. Mon maap, kakak-kakak 🙇🙇.
Itu sebabnya, pembaca akan menemukan sedikit sekali ulasan tentang resto di blog saya. Hehehe. Padahal mengulas makanan bisa jadi meningkatkan jumlah traffic dan mendatangkan keuntungan di kemudian hari.
Tapi hati saya tetap tidak nyaman. Akhirnya kegiatan ini saya batasi. Bukan menolak rezeki tapi ada beberapa an yang saya tuh nggak bisa masuk ke sana. Dan nggak bisa saya jelaskan di sini karena
Tapi dari pengalaman mengunjungi dan mengulas resto ini, saya jadi punya banyak ilmu dan pemahaman-pemahaman baru. Misalnya, bahwa tidak semua pelaku bisnis kuliner punya passion di bidang kuliner. Ada yang menggarap usahanya dengan serius, ada yang 'asal urus' yang penting buka usaha dulu, soal kepuasan dan pelayanan terhadap pelanggan nomor sekian. Hahaha.
Ada resto yang akhirnya benar-benar jadi favorit saya dan keluarga. Ada pula resto yang 'baiklah-aku-tidak-akan-datang-ke sini-lagi', lol.
Dari sini saya jadi punya standar bagaimana menjalankan bisnis kuliner yang sedang saya rintis.
Blog Kuliner Impian Saya
Saya ingin bisa menyajikan konten blog yang bisa mendatangkan kepuasan dan kebahagiaan ketika pembaca berkunjung ke blog saya.
Lagak lo, Mak! Sok idealis banget jadi manusia! Lol. 😂😂
Konon, penulis yang baik adalah yang baik bisa menggerakkan pembacanya untuk melakukan hal yang sama. Alias bisa menginspirasi pembaca. Nah, karena blog saya kebanyakan berisi resep dan beberapa ulasan produk, setidaknya saya ingin pembaca saya juga mendapatkan pengalaman yang sama. Lebih baik, bahkan.
Paling bahagia kalau ada yang mengirimi foto makanan mereka yang resepnya diambil dari blog saya. Bahagianya tuh luar biasa!
Sudah itu apa lagi?
Saya ingin blog ini berisi informasi ringan tentang bahan makanan dan makanan Indonesia. Dari sejarah hingga kisah di balik makanan tersebut. Tentang bahan pangan lokal yang harusnya bisa dibanggakan seperti di Australia (saya iri banget dengan petani dan konsumen di Australia yang cinta betul sama produk lokal mereka). Tentang keaneka ragaman kuliner dari Sabang sampai Merauke. Atau cerita sederhana dari teman yang punya resep istimewa.
Ini yang belum banyak saya lakukan.
Apalagi akhir-akhir ini ketika diburu DL atau mengejar mengisi konten agar blog tak hanya berisi 'iklan'. Wkwkwk. (eh, sedih ding sebetulnya)
Satu lagi...
Kalau selama ini saya sudah 'memaksa' orang untuk mengunjungi dan membaca blog saya, suatu waktu nanti saya ingin memberikan hadiah untuk mereka. Pelatihan menulis fiksi kuliner gratis, misalnya. Pelatihan fotografi gratis, atau jalan-jalan kulineran bersama (yang ini tentunya tidak gratis ya, hahaha).
Sebagai timbal balik (baca: penghargaan tertinggi) karena sudah ikut dalam perjalanan saya bersama blog ini. Tanpa pembaca, blog saya bukan apa-apa. Semoga dimudahkan. Aamiin.
Baiklah. Sepertinya ini sudah terlalu panjang untuk tantangan menulis blog. Hahaha. Sampai jumpa di curhatan saya berikutnya ya.
Terima kasih loh, sudah mau membaca tulisan-entah-apa-ini 😅😅.
Salam,
Dydie Kitchen Hero
Blog apalah apalah aja kerennya kayak gini mbak 👍👍
BalasHapusIdem komen di atas. Apa kabar blog gue? Grade yang lebih jongkok dari "blog apalah-apalah" apaan yak?
BalasHapus