Langsung ke konten utama

Qur'an Journaling and What I Found About It

Fyuh, judulnya kok "ilmiah" banget ya. Hehehe. 

Padahal saya tuh cuma mau nulis tentang hasil ngepoin pendapat beberapa orang tentang Qur'an Journaling aja kok. Setelah sekian lama menekuni journaling, kemudian mencoba ikut Qur'an Journaling, saya menemukan ada beberapa perbedaan mendasar -yang sebetulnya nggak perlu diperdebatkan- dari beberapa praktisi Qur'an Journaling. Seru sih. 

Toh  di akhir hari nanti, kita sendiri yang akan memilih teknik mana yang paling nyaman kita lakukan. Metode mana yang bisa membuat kita terhubung ulang dengan Al-Qur'an dan mengenal Allah lebih dekat lagi. Insya Allah.




Jadi tuh, semua berawal dari rasa penasaran saya soal definisi Qur'an Journaling. Di awal-awal saya ikut Rahmah Study Club, saya agak shock saat diminta ngumpulin resume dari ayat yang tengah kami tadabburi setiap pekan. Resume macam apa nih? Apa semacam resume zaman kuliah yang detail dan terstruktur atau resume ala Qur'an Journaling? Meski ternyata yang diminta adalah resume apa saja semampu member, rasa penasaran saya justru berubah. Hihihi. Like, apa sih bedanya antara resume dan Qur'an Journaling? 


Semua Berawal Dari Tadabbur Qur'an 

Iya, Qur'an Journaling ternyata adalah semacam catatan pribadi ketika kita selesai mentadabburi salah satu ayat atau surat dalam Al-Qur'an. 


Sebagaimana Allah sebutkan dalam Al-Qur'an dalam surat Al-Qalam ayat 1:

Nun; walqalami wa maa yasturuun.

Nun. Demi pena dan apa yang mereka tulisankan.

Sebagaimana Allah sebutkan dalam Al-Qur'an dalam surat Al-Qalam ayat 1 di atas, salah satu kenikmatan yang Allah berikan pada umat manusia adalah pena. Artinya, dengan menulis kita dapat mencatat ajaran agama yang diajarkan Allah lewat Rasul-Nya. 

Nah, Qur'an Jounaling adalah salah satu alat untuk "mengikat" buruan kita sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Syafi'i rahimahullah berikut.

Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya

Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat

Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang

Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja.


Tadabbur Al Qur'an sendiri adalah kegiatan membaca, menghayati, memahami dan mengamalkan ayat-ayat Al Qur'an. Berbeda dengan sekadar membaca Al Qur'an, tadabbur lebih menghadirkan hati dan akal. 


Foto oleh Trhirdman dari Pexel


Ketika seorang pembaca Al Qur'an mulai merasa bahwa Allah subhanahu wa ta'ala sedang berbicara padanya secara langsung, lalu ia menyadari ada sesuatu yang berbeda yang ia rasakan saat menyelami kalam Allah, itulah ketika hati kita tersentuh. Ketika kita menyadari apa yang kita baca, mengapa kita membaca ayat tersebut, dan pengangungan serta penyucian seperti apa yang wajib kita lakukan terhadap Rabb kita...itulah tadabbur. 

Dan tak ada yang lebih indah daripada menuliskannya, kemudian mengamalkannya. 


The Moment That You Fell In Love with The Qur'an

Pernah nggak sih kita mengalami momen dalam hidup kita di mana saat kita membaca atau mendengar sebuah ayat dalam Al Qur'an kemudian kita merasa begitu tenang dan lega? Seperti kita tengah mendapat pencerahan atas apa-apa yang menggelayuti pundak kita yang lelah. Seakan-akan Rabb kita sedang memeluk kita, dan berkata, "Semuanya akan baik-baik saja."

~huhuhu, ngetik paragraf ini bikin air mata saya meleleh

Rasanya sayang untuk melewatkan momen indah itu begitu saja. Ketika bisikan di hati kemudian mengejawantah menjadi menit-menit yang kita lalui untuk menggali ayat tersebut lebih dalam, saat air mata menjadi makin syahdu, kita mungkin ingin selamanya berada di momen tersebut. 


Strong Why kenapa saya tertarik mendalami Qur'an Journaling



Saat itulah -saya rasa- kita butuh untuk menuliskannya. Entah dengan catatan sederhana, curhatan yang disertai ayat Al Qur'an yang baru saja kita tadabburi atau menghiasnya dengan typografi, handlettering, stiker atau apa pun, just grab your book and write it down

Catatan yang bisa kita buka lagi ketika kita butuh penguatan atau sekadar menengok kembali momen yang telah kita lewati. Dan menurut saja, ini adalah Qur'an Journaling. Ketika catatanmu menjadi terapi dan sebuah refleksi diri, pun sebagai bagian dari prosesmu menuju dan mendekat ke Rabb. 


Tunggu Dulu, Begini Qur'an Journaling Seharusnya...

Namun, beberapa praktisi Qur'an Journaling berpikir bahwa Qur'an Journaling lebih dari sekadar catatan atau refleksi diri. Ada "pakem" khusus agar kita tak menyalahi fikih, seperti saat kita menafsirkan salah satu ayat Al-Qur'an. Disarankan agar kita menyimak kajian ulama atau guru dan membaca kitab tafsir saat mentadabburi sebuah ayat Al-Qur'an. 

Membaca paragraf di atas mungkin kamu akan buru-buru merajuk, "Aah, kok susah bener mau journaling?"

Hmm...begini, Al Qur'an itu pedoman hidup bagi umat Islam. Dia bukanlah tulisan dari seorang hamba, melainkan petunjuk langsung dari Allah subhanahu wa ta'ala. Dia juga merupakan bayyinaat atau penjelasan dari petunjuk-petunjuk tersebut, kandungan dan kesuciannya dijaga oleh Allah subahanu wa ta'ala. Keaslian dan kebenaran Al Qur'an adalah mutlak. 


Maka, kita tidak bisa menafsirkan ayat-ayat Allah dengan sesuka hati. Apalagi ketika kemampuan setiap orang dalam memahami lafadz dan ungkapan Al-Qur'an tidaklah sama. Maka, di situlah kita membutuhkan panduan seorang guru dan kitab tafsir, agar kita tak salah menafsirkan.  

Lagi pula, justru di situlah "serunya", ada di dalam proses. Terbuka dan tersentuhnya hati kita adalah di dalam proses memahami ayat tersebut adalah sesutu yang indah, menenangkan dan jadi kelegaan tersendiri.

Ada lagi yang mengharuskan agar menuliskan ayat Qur'an yang ditadabburi agar lebih meresap ke dalam hati. Yang ini memang butuh effort lebih terutama kalau tidak terbiasa menulis huruf Arab. Saya sendiri sebisa mungkin menuliskan ayat Al-Qur'annya meski tulisan Arab saya nggak bagus-bagus amat. 


Jadiii...

Jadi ya balik lagi dari awal, bahwa semuanya diawali dengan terketuknya hati kita saat membaca atau mendengar ayat-ayat Al Qur'an, kemudian saat kita mentadabburinya, saat hati dan akal kita terlibat di sana, saat kita menyimak penjelasan guru atau ustad/ustadzah tentang suatu ayat dan ketika berusaha menyelami maknanya lewat tafsir. 

Qur'an Journaling hanyalah salah satu dari banyaknya ouput dari perenungan dan tadabbur yang baru saja kita lakukan. Apakah kamu akan menuliskannya seperti catatan pada umumnya atau menuliskannya dengan detail, atau memperindah catatanmu dengan hiasan, nggak jadi persoalan. Karena balik lagi ke tujuan awal, Qur'an Journaling adalah salah satu metode dalam memahami Al Qur'an. 


Tapiii...

Tapi gimana dong dengan tema lain? Apakah Qur'an Journaling hanya dapat ditulis setelah kita mentadabburi ayat Al Qur'an saja? Atau bisa tema apa saja tapi masih berkaitan dengan ilmu agama?

Menurut saya pribadi sih, begini:

💖 Ketika kita memang sedang ingin mencatat hasil tadabbur Qur'an, ya catat saja. Kita bisa lengkapi catatan kita dengan banyak sisi dari sebuah ayat atau surah. Misalnya dari asbabun nuzulnya, makna katanya atau impact apa yang timbul di hati kita. Tadabbur adalah jalan menuju tujuan besar Qur'an Journaling, yaitu mengetahui arti dan maksud dari ayat tertentu, membantu kita menangkap petunjuk dan mengimplementasikan dalam keimanan, keilmuan dan amalan. Sementara Qur'an Journaling adalah catatan dari proses belajar tersebut.

💖 Tema-tema lain yang masih berkenaan dengan agama Islam, bisa jadi bahan Qur'an Journalingmu. Salah satu praktisi journaling yang berpendapat seperti ini adalah Ewa Febri. Qur'an Journaling itu luas kok maknanya. Selama cara ini bisa membuatmu lebih dekat dengan Al Qur'an dan Allah, why not? Qur'an Journaling bisa membawamu ke another level pemahaman agama. Dia bisa menjadi salah satu jalan untuk kita lebih mengenal agama kita sendiri. Tema yang bisa kamu jadikan bahan belajar (dan mencatat hasilnya) adalah Lailatul Qadr, tazkiyatun nafs, ibadah malam atau tips menjalankan ibadah shaum ramadan dan manajemen waktu. 

So, jangan batasi dirimu dalam Qur'an Journaling. Jadikan Qur'an Journaling sebagai proses dalam perjalanan panjang memahami agama Islam. Jadikan dia alat untuk membantumu kenal lebih dekat dengan Rabb-mu, dengan kalam Allah dan segala hal yang bisa menjalin kedekatanmu dengan sang Rabb. 

Akhirnya saya lega banget bisa menuliskan apa yang selama di ini bergantung di benak saya. Kalau dituliskan begini, saya jadi tercerahkan. Loh? Hihihi.

Selamat ber-Qur'an Journaling ya. 

Salam, 

Dyah Prameswarie


Referensi:

- Ewa Febri (7 Tips How To Qur'an Journaling)

- Workbook RIC

-


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertahannya Bandung Kunafe Hingga Kini

  "Kamu udah nyobain Bandung Kunafe belum, Dy?"  Saya menggeleng. 

Pengalaman Memilih Sekolah Inklusi di Cimahi

Sekolah apa sih yang cocok untuk ABK? Bagaimana menilai sebuah sekolah inklusi apakah cocok atau tidak? Apa yang harus saya lakukan?

Gerai Resmi Bolu Susu Lembang di Stasiun Bandung

Serunya mencari oleh-oleh di Bandung.