Bagaimana rasanya masuk ke mesin waktu serupa kapal dan jatuh tepat di hari kelahiran? Ada deraian air mata bahagia, ada pekik syukur dan keriaan. Belum lagi menyadari semua itu, saya sudah ditarik lagi ke suatu masa di mana saya menemukan pasangan lalu memutuskan menikah. Pendar-pendar cahaya lilin, alunan musik nan merdu benar-benar membuai saya. Dan yang mengejutkan, saya dilabuhkan ke masa depan. Ketika menua menjadi keseharian dan hanya setia yang menemani. Duh, romantis sekali ya. Tunggu! Itu tadi bukan adegan film atau naskah novel yang sedang saya garap. Kejadian itu benar-benar ada. Saya dilabuhkan dari satu pelabuhan (pemberhentian) ke satu pelabuhan kehidupan hanay dengan menginjakan kaki ke PORTO .