Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label kulinerbandung

Menari di Dancing Crab

I'm on a seafood diet. Everytime I see food, I eat. 

Meat Platter di Fat Oppa

Irisan tipis daging berlemak dengan baluran bumbu yang mengkilat di bawah kilatan cahaya kamera, teman yang mengasikan dan aroma kimchi yang menguar.

Asian BBQ Delight at Novotel Hotel Bandung

Sometime all we have to do is hanging out with besties  and do the chit chat.  And oh, eat a good food!

Selamat Datang Madinah Cake

Bandung hidup lewat kulinernya. Apa kabar, 2018? Semoga membawa kebaikan penuh aroma sedap dan semangat yang terus menyala  untuk para Kitchen Hero ya. 

Kopi Yufeto: Jejak Kuliner Sepanjang Masa

Tak ada yang pernah menyangka, asap yang mengepul di dapur Ibu Wati akan meninggalkan jejak kuliner hingga saat ini. 

Digombalin Iwak Pe di Gombal Asap

"Itu yang enggak mau makan ikan, TENGGELAMKAN!" - Susi Pudjiastuti

Pasar Cihapit, Sebuah Kapsul Waktu Menuju Bandung Tempo Dulu

Pagi yang kelabu. Jalanan sekitar Pasteur hingga Jembatan Layang Pasupati masih lengang. Tak ada kendaraan bermotor yang berderet-deret saling  membunyikan klakson atau pengemudi yang jenuh dengan kemacetan lalu lintas. Padahal kemarin adalah awal akhir pekan yang panjang. Biasanya, Bandung selalu penuh dengan pendatang. Kali ini saya cukup beruntung menikmati Bandung yang lengang, menghirup udara Bandung yang sedikit lebih jernih dari hari biasa dan menempuh hanya 30 menit perjalanan dari rumah (di Cimahi) ke Pasar Cihapit. Juara!

Tumis Daun Singkong Tabur Ebi

Daun singkong muda. Ebi. Cabe rawit. Cabe merah besar. Bawang putih. Bawang merah. Merica. Garam. Sedikit Gula. Itu saja bahannya. Yuk, pulang! :D

Mad Hatter's Tea Party at Chubby Bunny

You are invited to Mad Hatter's Tea Party Resto ketiga di hari kedua yang saya junjungi dalam rangka Dilmah Real High Tea Challenge adalah Chubby Bunny. Iya, si kelinci gendut yang lucu. Hihihi.

Berlabuh Bersama Porto

Bagaimana rasanya masuk ke mesin waktu serupa kapal dan jatuh tepat di hari kelahiran?  Ada deraian air mata bahagia, ada pekik syukur dan keriaan. Belum lagi menyadari semua itu, saya sudah ditarik lagi ke suatu masa di mana saya menemukan pasangan lalu memutuskan menikah. Pendar-pendar cahaya lilin, alunan musik nan merdu benar-benar membuai saya.  Dan yang mengejutkan, saya dilabuhkan ke masa depan. Ketika menua menjadi keseharian dan hanya setia yang menemani. Duh, romantis sekali ya. Tunggu! Itu tadi bukan adegan film atau naskah novel yang sedang saya garap. Kejadian itu benar-benar ada. Saya dilabuhkan dari satu pelabuhan (pemberhentian) ke satu pelabuhan kehidupan hanay dengan menginjakan kaki ke PORTO .